Backpacker Bersama Istri Ke Singapura Part 2
Hari kedua diawali dengan sarapan. Ada beberapa jenis sarapan yang bisa kami pilih, seperti: roti panggang, sereal, snack dan minuman seperti: kopi, susu dan teh. Ada beberapa turis lain yang juga sedang sarapan sambil memainkan gadgetnya dan membaca koran atau buku.
Suasana di ruang santai Hostel Woke Home
Berbagai jenis sarapan tersedia di Hostel Woke Home
Setelah perut kenyang, mulailah petualangan kami hari ini di Singapura. Kami awali dengan berjalan kaki menuju ke stasiun MRT China Town. Di tempat ini dijual STP (Singapore Tourist Pass). Sistem transportasi terpadu dalam satu kartu yang bisa menghubungkan kita ke MRT, LRT, dan bis kota. (Baca selengkapnya: tips menggunakan transportasi di Singapura ala backpacker).
Setelah membeli STP, kami langsung menuju ke Jalan Killiney dengan menggunakan MRT lalu turun di Stasiun Somerset. Ditempat ini ada salah satu kopitiam paling legendaris di Singapura yaitu 67 Killiney Kopitiam (rekomendasi dari Pak Bondan "maknyuss.."). Setelah berjalan kaki kira-kira 50 meter dari pintu keluar stasiun, akhirnya sampai juga di Kopitiam Killiney. Suasana kedai saat itu sedang ramai dengan pengunjung.
Setelah membeli STP, kami langsung menuju ke Jalan Killiney dengan menggunakan MRT lalu turun di Stasiun Somerset. Ditempat ini ada salah satu kopitiam paling legendaris di Singapura yaitu 67 Killiney Kopitiam (rekomendasi dari Pak Bondan "maknyuss.."). Setelah berjalan kaki kira-kira 50 meter dari pintu keluar stasiun, akhirnya sampai juga di Kopitiam Killiney. Suasana kedai saat itu sedang ramai dengan pengunjung.
67 Killiney Kopitiam
Secangkir kopitiam dan Roti selai srikaya
Ada 2 menu paling spesial disini yaitu Kopi dengan susu kental manis (1,40$/cangkir) atau Kopi'o (kopi hitam) dan French Toast (roti selai srikaya) (1,80$/porsi). Bagi anda yang paham seluk beluk kopi silahkan coba aja deh. Kopinya nendang banget. Apalagi dipadukan dengan roti panggang selai srikaya yang lembut. Pantesan kalau Pak Bondan bilang "makyusss". Killiney Kopitiam ini sudah banyak cabangnya di berbagai negara. Tapi waktu itu di Indonesia belum ada.
Setelah itu kami lanjutkan petualangan di Orchad road (malioboronya Singapura versi modern). Kata orang kalau datang ke Singapura wajib ke sini. Tapi menurut saya sih biasa aja, karena di Indonesia juga banyak tempat yang kayak gini. Bosan dengan pemandangan gedung, kami putuskan pergi ke Botanical Garden. Salah satu tempat wisata gratis buat para backpacer.
Kolam ikan di tengah Botanical Garden
Layout taman yang di desai ayecathcing
Kualitas hidup di Singapura memang jauh lebih baik dari Indonesia. Pemerintah Singapura banyak menyediakan ruang terbuka hijau seperti ini untuk bisa dinikmati secara gratis oleh warganya. Semboyan City green adalah salah satu visi pembangunan di Singapura.
Tempat yang cocok untuk selfie
Tidak terasa waktu menunjukan pukul 1 siang, sudah saatnya makan siang. Kami menuju ke Lavender Foodcourt di pusat kota. Suasana disana saat itu sangat ramai. Sepertinya ini salah satu tempat favorit warga Singapura untuk makan siang. Menurut info yang saya dengar disini ada salah satu makanan yang khas dari Singapura yaitu Tradisional hokien mie (4,80$/porsi) dan ramen kimchi (4,20$/porsi).
Suasana di dalam Lavender Foodcourt
Hokien Mie
Penampilan Hokien mie ini ternyata tidak sesuai dengan rasanya. Dari penampilanya sih terlihat pedas ya, tapi begitu masuk ke lidah rasanya agak datar bahkan tidak ada rasa pedasnya sama sekali. Memang kebanyakan masakan di Singapura tidak menggunakan bumbu yang kuat dan dominan seperti masakan Indonesia.
Setelah makan siang kami melanjutkan petualangan ke Bugis. Salah satu pusat keramaian dan perbelanjaan di Singapura. Begitu turun di stasiunnya kami ternyata sudah berada di sebuah mall yang besar. Yup.., sebagian MRT di Singapura memang didesign langsung terhubung ke mall dan obyek wisata. Kami berjalan sebentar dan mampir disebuah Stand makanan yang konon cukup favorit di Singapura yaitu Takoyaki.
Setelah makan siang kami melanjutkan petualangan ke Bugis. Salah satu pusat keramaian dan perbelanjaan di Singapura. Begitu turun di stasiunnya kami ternyata sudah berada di sebuah mall yang besar. Yup.., sebagian MRT di Singapura memang didesign langsung terhubung ke mall dan obyek wisata. Kami berjalan sebentar dan mampir disebuah Stand makanan yang konon cukup favorit di Singapura yaitu Takoyaki.
Outlet Wow Takoyaki
Sejenis roti goreng lembut yang isinya kebanyakan seafood serperti udang, cumi, gurita, ikan, dll. Kami pesan yang isinya cumi, gurita, jamur dan keju. Harganya Cuma 3$. Rasanya gurih, sedikit pedas, ada juga kenyal-kenyalnya, pokoknya rekomended banget untuk dicoba.
Setelah itu kami keluar mall menyusuri Midle Road menikmati suasana di tengah Kota Singapura. Terlihat banyak pejalan kaki yang hilir mudik kesana kemari. Kondisi jalan di Singapura sendiri tidak terlalu ramai. Banyak warga Singapura yang menggunakan transportasi umum.
Konon selain karena transportasinya yang mudah dan nyaman, memiliki kendaraan pribadi di Singapura anda harus merogoh kocek lumayan besar untuk membayar pajak. Tak terasa cuaca saat itu sudah mulai panas, akhirnya kami putuskan pulang ke hostel untuk mandi dan ganti baju.
Setelah itu kami keluar mall menyusuri Midle Road menikmati suasana di tengah Kota Singapura. Terlihat banyak pejalan kaki yang hilir mudik kesana kemari. Kondisi jalan di Singapura sendiri tidak terlalu ramai. Banyak warga Singapura yang menggunakan transportasi umum.
Konon selain karena transportasinya yang mudah dan nyaman, memiliki kendaraan pribadi di Singapura anda harus merogoh kocek lumayan besar untuk membayar pajak. Tak terasa cuaca saat itu sudah mulai panas, akhirnya kami putuskan pulang ke hostel untuk mandi dan ganti baju.
Sekitar jam 5 sore kami kembali melanjutkan petualangan ke Vivo City dengan menggunakan MRT turun di Stasiun Harbourfront. Harbourfront ini sebenarnya adalah sebuah dermaga, tapi oleh pemerintah Singapura dijadikan satu dengan mall sehingga tidak terlihat kesan kumuh seperti banyak dermaga di Indonesia. Dermaga Harbourtfront juga merupakan salah satu pintu masuk orang Indonesia melalui Batam.
Setelah sampai kami langsung menuju ke Loket Sentosa Island untuk membeli tiket pertujukan Song of The sea (12$/orang). Salah satu alasan kenapa kami berwisata ke Singapura. Pertujukan ini dilangsungkan di Sentosa Island pukul 19.40. Untuk menuju kesana kami membeli tiket monorail Sentosa Expres (4$/orang). Di loket ini juga tersedia berbagai pertunjukan lainnya di Sentosa Island termasuk Universal Studio.
Sembari menunggu, kami sempatkan untuk keliling di Vivo City. Mall ini dibangun tepat berada di pinggir laut. Di sisi sebelah kiri ada pelabuhan bongkar muat dan disebelah kanannya ada pelabuhan penumpang. Terlihat dari kejauhan ada sebuah kapal pesiar berwarna putih yang sedang berlabuh.
Setelah sampai kami langsung menuju ke Loket Sentosa Island untuk membeli tiket pertujukan Song of The sea (12$/orang). Salah satu alasan kenapa kami berwisata ke Singapura. Pertujukan ini dilangsungkan di Sentosa Island pukul 19.40. Untuk menuju kesana kami membeli tiket monorail Sentosa Expres (4$/orang). Di loket ini juga tersedia berbagai pertunjukan lainnya di Sentosa Island termasuk Universal Studio.
Sembari menunggu, kami sempatkan untuk keliling di Vivo City. Mall ini dibangun tepat berada di pinggir laut. Di sisi sebelah kiri ada pelabuhan bongkar muat dan disebelah kanannya ada pelabuhan penumpang. Terlihat dari kejauhan ada sebuah kapal pesiar berwarna putih yang sedang berlabuh.
Sepasang muda mudi yang tengah asik memandangi laut
Terlihat pelabuhan bongkar muat di belakang
Setelah puas keliling mall, kami putuskan untuk mampir ke Food Republic. Tempat ini menyediakan banyak stand makanan yang didesign dengan nuansa latin. Disini kami mencoba makan Great world hongkong roasted duck (8,80$/porsi). Kami bingung menyebut ini makan siang atau makan malam, tapi yang penting tetap eksis wiskun donk...
Suasana di dalam Food Republic
Great world hongkong roasted duck
Waktu menunjukan pukul 18.00, saatnya kami harus bergegas ke Sentosa Island. Pemandangan sepanjang perjalanan sangat bagus. Jalur monorail ini berada di atas tol yang dibangun diatas laut. Dikiri terdapat aktivitas pelabuhan bongkar muat barang dan dikanan ada pelabuhan fery, kapal pesiar, bouth dan yahct.
Pemandangan dari dalam monorail
Sentosa Island memiliki 3 stasiun monorail yang terhubung dengan banyak tempat wisata dan pertunjukan. Kami turun di stasiunnya yang terakhir. Suasana disini sangat ramai karena kebetulan waktu itu ada atraksi robot.
Salah satu atraksi wisata di Sentosa Island
Tiba saatnya pertunjukan Song of The sea. Kami masuk ke arena pertunjukan yang berbentuk semi mini stadion. Berada tepat dipinggir pantai dengan latar pemandangan pelabuhan dari kejauhan.
Pengunjung dapat memilih sendiri tempat yang diinginkan
Suasana tampak ramai sesaat sebelum pertunjukan
Pertunjukan Song of The Sea
Sekedar tips: usahakan masuk ketempat pertujukan 20 menit sebelum dimulai supaya kita dapat memilih tempat yang trategis di tengah panggung. Pertunjukan dimulai dengan sebuah parodi pembukan oleh sekelomok pemuda. Lalu pertunjukan sesungguhnya pun dimulai.
Sungguh menakjubkan, perpaduan semprotan air dan sinar laser serta proyektor yang dikemas dalam bentuk cerita pendek yang memukau penonton saat itu. Diselingi dengan permainan api dan lampu sorot serta diakhiri dengan tembakan kembang api. Pertunjukan yang sangat menghibur. Setelah selesai pertunjukan, kami lanjut berjalan-jalan di kawasan Sentosa Island. Kami mampir ke salah satu kedai kopi yang banyak sekali cabangnya di Singapura yaitu Toast box ifly.
Sungguh menakjubkan, perpaduan semprotan air dan sinar laser serta proyektor yang dikemas dalam bentuk cerita pendek yang memukau penonton saat itu. Diselingi dengan permainan api dan lampu sorot serta diakhiri dengan tembakan kembang api. Pertunjukan yang sangat menghibur. Setelah selesai pertunjukan, kami lanjut berjalan-jalan di kawasan Sentosa Island. Kami mampir ke salah satu kedai kopi yang banyak sekali cabangnya di Singapura yaitu Toast box ifly.
Peanut Traditional Toast
Disini kami mencoba yang paling spesial yaitu Peanut tradisional toast (roti panggang dengan selai kacang (2,60$/porsi). Rotinya lembut dengan dilapisi selai kacang yang gurih. Lumayan sambil beristirahat untuk meluruskan kaki yang terasa sudah pegal-pegal. Waktu menunjukan pukul 21.00, kami lanjutkan perjalanan menuju ke Little India. Salah satu tempat yang wajib dikunjungi wisatawan terutama pada malam hari.
Jalan ini berada tepat ditengah Little India
Sampai di Stasiun MRT Little India, kami keluar dan melanjutkan berjalan kaki. Bau dupa dan aroma menyan khas India begitu dominan disini. Sepanjang jalan kami menemui mayoritas warga keturunan India. Tak heran kalau tempat ini disebuat Little India. Ketika kami melewati sebuah jalan kecil, mata kami tertuju pada sebuah restoran India yang ramai sekali. Nama restoran itu Sangkuntala's. Kami putuskan untuk masuk dan mencoba makanan ala Inda.
Kami sebenarnya bingung mau pesan apa. Tampaknya ada pengunjung di sebelah kami yang melihat kebingungan kami. Samapi akhirnya mereka menyarankan kami memesan Mutton briyani (paket nasi rendang kambing, 1 saus cocol n salad, semuanya ala India) (8,5$/paket), Cone Thosai (roti cane bentuk kerucut n 3 saus cocol) (3,4$/paket), dan Fish chili (ikan goreng yang warnanya merah) (4,5$/porsi.
Kami sebenarnya bingung mau pesan apa. Tampaknya ada pengunjung di sebelah kami yang melihat kebingungan kami. Samapi akhirnya mereka menyarankan kami memesan Mutton briyani (paket nasi rendang kambing, 1 saus cocol n salad, semuanya ala India) (8,5$/paket), Cone Thosai (roti cane bentuk kerucut n 3 saus cocol) (3,4$/paket), dan Fish chili (ikan goreng yang warnanya merah) (4,5$/porsi.
Fish chili
Dari ketiga makanan diatas, hanya Fish chili yang bisa diterima lidah saya. Dua yang lain benar-benar seperti masakan alien. Saya pikir "mungkinkah semua bahan bumbu masakan yang ada dimuka bumi dipakai dimasakan ini". Rasanya sangat kuat dan aromanya luar biasa wanginya. Bahkan nasinya juga kaya bumbu.
Menurut kami ini aneh. Di Indonesia sangat jarang ada orang makan nasi berbumbu seperti nasi goreng bersama dengan rendang, telur balado ato ikan bakar rica. Biasanya kalau lauknya rendang, ya pendampingnya nasi putih hangat. Memang India terkenal dengan masakan yang kaya bumbu.
Tapi anehnya restoraan ini sangat ramai. Itu artinya di kalangan orang India, ini adalan salah satu restoran terbaik versi mereka di Singapura. Kami juga melihat salah satu penghargaan dari salah satu situs perjalanan ternama sebagai “The Best Indian Food in Singapore”.
Menurut kami ini aneh. Di Indonesia sangat jarang ada orang makan nasi berbumbu seperti nasi goreng bersama dengan rendang, telur balado ato ikan bakar rica. Biasanya kalau lauknya rendang, ya pendampingnya nasi putih hangat. Memang India terkenal dengan masakan yang kaya bumbu.
Tapi anehnya restoraan ini sangat ramai. Itu artinya di kalangan orang India, ini adalan salah satu restoran terbaik versi mereka di Singapura. Kami juga melihat salah satu penghargaan dari salah satu situs perjalanan ternama sebagai “The Best Indian Food in Singapore”.
Restoran Sangkuntalas ala India
Tapi tidak apa-apa, yang penting bagi kami the passion of wiskun. Sebuah pengalaman wisata kuliner alias wiskun yang seru. Selesai makan, kami pulang ke hostel untuk beristirahat.
Komentar
Posting Komentar
Saran dan kritik adalah vitamin bagi jiwaku